Persiapan Sebelum Menikah Mental dan Kebiasaan Akan Berubah

Bangun persiapan psikis pra nikah untuk fondasi rumah tangga yang sehat secara emosional” tutur Rohana, M.Psi., Psikologi dalam pengutaraan materi penyiapan psikologi pranikah, ke arah keluarga yang kuat dan berkualitas di hari ke-2 aktivitas tuntunan perkawinan pra nikah atau pelatihan untuk calon pengantin (Catin), Rabu (18/10/23).

Dikatakan juga oleh pemateri, pasangan catin dituntut sanggup/ siap terutama saat mengurus perselisihan dan membangun komunikasi dengan efisien untuk membentuk keluarga yang sehat, berkualitas dan kuat.

“Persiapan psikis pra nikah pasti penting yang natinya akan tentukan sikap, belajar dengarkan dengan empati, sama-sama menghargai pandangan pasangan, dan cari jalan keluar yang sama-sama memberikan keuntungan keduanya saat hadapi konlik yang mungkin terjadi di rumah tangga,” ujarnya.

Lebih jauh dijelaskan oleh Rohana jika untuk menyiapkan diri membentuk keluarga yang kuat dan berkualitas karena itu catin sebaiknya mulai melatih diri membuat komunikasi yang bagus dan sama-sama terbuka untuk mengenali emosi individu satu dengan lain. “Siapkan psikis pernikahan yang fundamental dengan membuat komunikasi yang bagus antara pasangan,” jelasnya.

Pra Nikah Siapkan Mental

Pada penutup, Dia menambah jika persiapan psikis saat sebelum menikah ialah cara penting sebagai pembangun jalinan yang sehat untuk perkuat fondasi emosional antara pasangan. “Persiapkan psikologi anda lewat pengetahuan diri, loyalitas bersama, dan komunikasi yang efisien antara pasangan,” tutupnya.

Aktivitas Tuntunan Pra nikah dilakukan oleh seksi Tuntunan Warga (Bimas) Islam Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Banjarmasin dan didatangi oleh 40 pasang catin se kota

yang memikat, saat berbicara mengenai penyiapan menikah, kerap yang dibahas orang hanya mengenai penyiapan pesta pernikahan atau ikrar. Pasangan kerap lupa jika sebenarnya ada beragam penyiapan yang lain lebih diperlukan, supaya kehidupan sesudah acara pesta bisa jalan secara cantik. Walau sebenarnya pernikahan ialah rumah dari kehamilan, perkembangan anak, perkembangan beberapa orang dalam keluarga itu.

Berbicara mengenai premarital health screening (Pemeriksaan Kesehatan Pranikah), karena itu ada 3 hal yang penting kita cari info, yakni:

  1. Keadaan kesehatan pada umumnya
  2. Penyakit yang disebarkan lewat darah / cairan badan
  3. Penyakit yang di turunkan / genetik.

Dari segi psikis, ada pula lho premarital screening, umumnya dilaksanakan oleh psikiater perkawinan, psikiater keluarga, atau psikiater medis dewasa. Maksudnya juga serupa dengan premarital health screening, tetapi yang dicari tahu lebih ke keadaan kesehatan moralnya, hingga dapat disebut sebagai premarital psikis health screening atau premarital psychological screening.

Sebagai tambahan, psikiater perlu mengecek keadaan ke-2 calon pengantin sebagai pasangan, untuk pahami skema rekanan di antara ke-2 nya. Jadi apa yang dicari tahu dari pemeriksaan keadaan psikis saat sebelum menikah? Inilah:

Keadaan psikis setiap pribadi pada umumnya
Apa ada masalah psikis yang kemungkinan mengusik nantinya
Apa ada keadaan psikis yang mungkin di turunkan atau ‘ditularkan’ baik secara genetik atau melalui hubungan sosial
Keadaan rekanan pasangan itu


Apa sich tujuan premarital psychological screening? Kembali lagi serupa kok maksudnya dengan premarital health screening :

  1. Tingkatkan kematangan individu, hingga lebih siap menikah. Dengan menyelesaikan permasalahan individu, hidup kita menjadi lebih enteng, kita lebih sanggup memproses permasalahan yang tiba kelak.
  2. Bertindak penangkalan saat sebelum terjadi permasalahan lebih besar.
  3. Dapat memutuskan sama sesuai nilai bersama yang sudah dibahas sebelumnya.
  4. Sanggup merajut hubungan yang lebih sehat secara psikis.
  5. Langkah pemeriksaan psikiater dapat dengan memakai beberapa alat test psikologi, dapat sama atau berlainan dengan ‘psikotes’ yang sejauh ini dikenali warga. Tetapi langkah check yang paling penting ialah interviu dan pengamatan, yang sering disaksikan oleh pemula sebagai ‘ngobrol doang’, tetapi sebenarnya terbagi dalam banyak teknik.

Tulisan ini bukanlah punya niat menakut-nakuti lho. Team kami cuma ingin buka bukti jika ada beberapa hal yang penting diperhitungkan saat sebelum menikah. Tidakkah lebih bagus jika semua kekuatan permasalahan telah diketahui, hingga dapat dilaksanakan antisipasinya, dibanding didiamkan dan nantinya menjadi duri dalam daging pernikahan?

Nach, yok kita ulas lebih detail. Apa sich keadaan psikis pribadi yang dicari tahu? Ini sejumlah salah satunya:

Keyakinan diri. Bagaimana sich tingkat keyakinan diri masing-masing calon? Terang-terangan banyak permasalahan mengambil sumber tingkat PD. Contoh, wanita A, elok tetapi kurang PD. Saat pasangannya beri pujian kecantikan seseorang, A mungkin langsung merasa kurang cantik. Dampak bagusnya sich mungkin ia percantik diri.

Tetapi sering ada dampak jeleknya, contohnya menjadi geram dan cemburu pada pasangannya, mendamprat wanita yang lain disanjung pasangan, habiskan kebanyakan uang untuk percantik diri, dan lain-lain.

Kemandirian. Apakah sudah masing-masing calon sanggup penuhi keperluan pribadinya? Ini dapat dalam soal keuangan atau aktivitas setiap hari (contohnya dapat bekerja sendiri, atau dapat cari informasi yang diperlukannya tanpa kontribusi). Contoh permasalahan, lelaki B tetap terus memakai sarana dari orangtuanya. Istrinya mungkin menjadi malu pada keluarga aslinya, terasa terusik dengan campur-tangan keluarga suami, malah terlampau terbatasi geraknya, dan beragam kemungkinan lain.


Kekuatan komunikasi. Jangan salah, rupanya masihlah banyak lho orang dewasa yang tetap kesusahan untuk menyampaikan gagasannya atau bercerita permasalahannya dengan sehat.

Langkah komunikasi yang kurang sehat contohnya memaksa gagasan, terus berbicara tanpa dengarkan, atau kesusahan bercerita hatinya.
Dampak saat lalu. Beberapa orang mempunyai masa silam yang disesalkannya. Perlu dicari tahu sejauh mana ia telah menyelesaikan rumor saat lalunya.

Di kehidupan memiliki keluarga, telah jamak sekali desas-desus masa silam memberi warna lagi hidup kita, dan ini dapat mengingati lagi sakit hati di periode lalu. Dampak negatif yang umum terjadi contohnya orang ini jadi terlampau protektif, alami depresi dan stres, menjadi berkelahi bersama pasangannya, dan lain-lain.


Lanjut, point ke-2 . Apa ada masalah psikis yang mungkin mengusik nantinya? Ini misalnya:

Masalah obsesif kompulsif/ obsessive compulsive disorder (OCD), contohnya mereka yang terus menerus membersihkan tangan karena kuatir tangannya kotor, atau mereka yang bolak-balik memeriksa kunci rumah atau mobil karena kurang percaya pada keamanan barangnya.

Pikirkan jika sang calon sedang repot dan benar-benar perlu kontribusi, eh pasangannya yang OCD justru berpuluh-puluh kali mengecek kunci mobilnya, terusik kan.
Insomnia, yakni mereka yang kesusahan tidur.

Pikirkan, sang calon sangat capek sesudah sepanjang hari mengurusi anak yang sakit, ia ingin tidur, tetapi pasangannya yang insomnia terus ajaknya mengobrol atau membuat keberisikan karena tidak dapat tidur.

Anorexia nervosa, mereka yang berusaha jadi kurus dan condong menampik makan. Pikirkan diundang ke acara keluarga besar yang sudah dilakukan selama seharian (ada banyak wilayah di Indonesia yang mempunyai acara tradisi yang memakan waktu sepanjang hari bahkan juga lebih), jika sang pasangan yang alami anorexia nervosa menampik bahkan juga memuntahkan makanan yang dihidangkan, tentu saja dapat memunculkan kegemparan dalam keluarga besar.

Masalah psikis yang mungkin di turunkan apa ya? Sejumlah salah satunya:

Stres, keadaan bersedih berkelanjutan yang mengusik kegiatan setiap hari. Orang-tua yang punyai kisah stres dapat turunkan masalah stres, baik secara genetik atau melalui skema asuhnya yang condong tawarkan situasi sendu.

Skizofrenia / schizophrenia, secara pemula dikatakan sebagai ‘gila’. Kisah kegilaan itu dapat di turunkan lho secara genetik, tetapi bisa juga diperhitungkan.

Korban kekerasan di rumah tangga (KDRT). Anak-anak yang alami kekerasan di masa silam kadangkala jadi pribadi dewasa yang malah menjadi aktor kekerasan.

itu baru sejumlah lho. Ada banyak yang lain keadaan individu yang dapat dilihat dalam premarital psychological screening. Di luar keadaan individu, ada juga keadaan sebagai pasangan. Yang dilihat misalnya:

Kekuatan berbicara dan dengarkan. Dicari tahu bagaimanakah cara pasangan ini sama-sama mengkomunikasikan beberapa hal berat yang mereka alami. Kekuatan berbicara ini nantinya benar-benar diperlukan saat memperhitungkan beragam permasalahan dalam kehidupan berkeluarga.

Bila saat sebelum menikah pasangan cuma sanggup mengkomunikasikan beberapa hal yang dangkal saja, mungkin mereka tidak siap menikah.

Langkah bertengkar. Sanggupkah pasangan berkelahi secara sehat? Apa pertikaian yang pasangan kerjakan bisa menuntaskan permasalahan yang dirasakan? Pasangan yang tidak pernah berkelahi, contohnya karena saat perjumpaan yang baru sesaat hingga belum temukan permasalahan besar, semestinya lebih waspada. Janganlah sampai terkejut jika temukan pasangannya berkelahi secara benar-benar berlainan dari dianya, benar-benar keras, atau terlampau lembut.

Rekanan dengan keluarga besar. Telah rahasia jika pernikahan di budaya Indonesia mengikutsertakan keluarga besar. Dalam premarital psychological screening dicari tahu sejauh mana pasangan sanggup terima dan diterima oleh keluarga besar, sejauh mana keluarga besar jadi sumber permasalahan untuk pasangan ini.

Hasil dari pemeriksaan ini, psikiater akan memberi pandangan mengenai permasalahan apa yang mungkin timbul. Diberi juga anjuran apa yang bisa dilaksanakan untuk memperhitungkan permasalahan itu. Bila calon pengantin menginginkan, karena itu bisa dilaksanakan therapy atau training agar bisa menangani kekuatan masalah.

Sebenarnya ada banyak sekali hal yang lain perlu dicari tahu saat sebelum pasangan memilih untuk menikah, tidak cuma beberapa hal di atas saja. Jika Anda putuskan tutup mata saja, itu juga hak Anda lho. Yang terpenting berlakulah dewasa saat nantinya hadapi masalah.

Memanglah tidak ada pernikahan yang prima, terkecuali pernikahan dalam dongeng. Menuntaskan banyak rumor saat sebelum menikah dapat menolong untuk membikin harapan menjadi lebih realitas, dan pada akhirnya lebih sanggup diraih, dan pada akhirnya menjadi lebih berbahagia. Tersebut doa kami untuk beberapa teman semua.

Sumber https://banjarmasinkota.kemenag.go.id/artikel/narasumber:-bangun-kesiapan-mental-pra-nikah-demi-pondasi-rumah-tangga-yang-sehat-secara-emosional dan https://pranikah.org/pranikah/siap-mental-menikah-premarital-psychological-screening/